KETUA STIU DARUL HIKMAH BEKASI HADIRI ACARA PELEPASAN DAI NUSANTARA KE BERBAGAI TEPIAN NEGERI DI GEDUNG NUSANTARA V DPR/MPR RI

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ketua STIU Darul Hikmah Dr. Ali Fikri Noor, MA menghadiri acara Pelepasan Dai Nusantara Ke Berbagai Tepian Negeri, di Gedung Nusantara V Komplek Parlemen Jakarta, Senayan, Senin (19/6/2023)

Pelepasan Dai Nusantara Ke Berbagai Tepian Negeri ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua MPR, Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, Direktur Mahad Aly An Nuaimy, K.H. Itang Rusmana, Sekretaris Yayasan Mahad Aly An Nuaimy, Mustafa Kamal, Pembina dan Pengawas Yayasan Mahad Aly An Nuaimy, Lurah Grogol, para dosen, ustad Mahad Aly An Nuaimy.

Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA berpesan  para dai (juru dakwah) alumni Mahad Aly (Pesantren Luhur) An Nuaimy yang akan dikirim ke berbagai tepian negeri dari Papua, NTT, Hingga Aceh dan Kalimantan, agar bisa berkontribusi sebagai solusi, menjadi inspirator penyemangat umat, guna menguatkan kesatupaduan umat Islam dan umat manusia seluruhnya, sesuai dengan ajaran mulia dan nilai keunggulan yang dibawa oleh Al Islam, menjadi Rahmatan lil alamin.

“Keberadaan dan pengiriman para dai (juru dakwah) adalah untuk memaksimalkan potensi umat, menyatupadukan keunggulan mereka bersama yang lainnya, bukan untuk membuat pesimis apalagi memecahbelah. Karena itu, para dai perlu memperkuat silaturahmi dan kolaborasi dengan para da’i yang sudah berkiprah di daerah yang akan dituju, seperti Kiai, Ustadz, Tuan Guru dll, juga dengan tokoh masyarakat baik yang non formal maupun formal. Maka penting para da’i akrab dengan lurah, camat, anggota dewan, TNI, Polri dll. Para dai agar menguatkan jiwa dan laku serta sikap inspiratif, kolaboratif dan terbuka,” kata HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid.

Sebanyak 55 dai dari Mahad Aly An Nuaimy akan ditempatkan di 40 kota dari 20 provinsi seluruh Indonesia. Dari 55 dai tersebut, 11 di antaranya adalah para hafiz (penghafal al Quran). Hingga 2022, Mahad Aly An Nuaimy yang berlokasi di Grogol Jakarta Selatan, telah menempatkan 757 dai yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 182 adalah hafiz al Qur’an.

Di hadapan para dai Mahad Aly An Nuaimy, Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA mengungkapkan kembali pesan Rasulullah ketika mengutus sahabatnya Muadz Bin Jabal untuk berdakwah ke Yaman. Karena dakwah memiliki nilai melanjutkan peran sejarah yang dalamnya ada metode dan success story. Metode menjadi pegangan untuk berdakwah, yaitu Al Qur’an, Sunnah Nabi, dan Ijtihad (yang tidak melampaui batas). “Ini menjadi bekal penting bagi para dai untuk berdakwah,” tuturnya.

Sedangkan success story dari dakwah adalah ketika Muadz Bin Jabal dengan dakwahnya yang penuh pemahaman asas prioritas juga etika, akhlak, dan pentingnya ijtihad yang tidak melampaui batas, berhasil membawa mendakwahkan Islam sehingga warga Yaman tanpa paksaan apalagi perang, berbondong-bondong masuk ke dalam Al Islam. Selain, metode dan success story, ada faktor lain dalam dakwah. “Pada saat itu budaya Yaman sudah sangat luhur. Ketika Muadz Bin Jabal masuk ke Yaman, terjadilah kesatupaduan dengan bangsa Arab di Medinah tempat Rasulullah SAW mengajarkan al Islam. Nilai-nilai yang sukses dibawakan oleh Mu’adz bin Jabal dalam dakwahnya, sangat penting ditegaskan dan dipegangi para da’i, dalam konteks dakwah di Indonesia dan pelosok-pelosok Indonesia,” kata Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA.

Menurut Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, Indonesia memiliki keragaman, bukan hanya beragam suku, budaya, agama, dan geografis, tetapi juga beragam ormas Islam. Ormas Islam di Indonesia sangat banyak, bahkan sebelum Indonesia merdeka banyak ormas dan partai Islam sudah berdiri dan berjuang untuk Indonesia merdeka. Sebagian dari Ormas Islam itu masih eksis hingga sekarang seperti Al Irsyad, Persis, Muhammadiyah, NU, PUI, Mathlaul Anwar, dan sebagainya.

Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA menyebut para dai Mahad Aly An Nuaimy penting memahami fakta mensejarah itu, agar tidak merasa sendiri dalam berdakwah, dan merasa berat berdakwah karena mengira yang pertama mengawali dakwah. “Dai Mahad Aly An Nuaimy melanjutkan apa yang sudah dilakukan para juru dakwah sebelumnya baik dari Ormas Islam maupun Orpol yang beragam itu,” jelasnya.

Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA juga mengingatkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi banyak tantangan yang harus diubah jadi peluang dakwah. HNW mencontohkan masalah dekadensi moral dengan merebaknya masalah LGBT dan narkoba. Anak-anak SD di Riau sudah membuat grup LGBT. Sementara BNN dalam laporannya menyebutkan kerugian akibat belanja narkoba tahun 2021 mencapai Rp 83 triliun. Lebih dari 4 juta anak remaja dan pemuda juga terkena narkoba.

“Tantangan itu penting menyemangati agar dai berijtihad mengubahnya menjadi peluang besar untuk sukses berkiprah dalam dakwah. Dakwah nilai-nilai kebaikan dan kebajikan mengembalikan fitrah bangsa Indonesia yang tidak mengenal LGBT dan jauh dari narkoba. Dakwah menyelamatkan anak-anak muda generasi yang akan melanjutkan kehidupan keummatan dan kebangsaan dari jahatnya LGBT dan narkoba. Agar mereka dapat mewarisi Indonesia Emas saat memperingati syukuran 100 tahun HUT Kemerdekaan RI. Di sinilah pentingnya para da’i kolaborasi hadirkan inspirasi menjadi solusi, ketika para dai bertugas di daerah untuk mengatasi masalah-masalah ini. Dakwah Islam menjadi rahmatan lil alamin, termasuk bagi para obyek dakwah di seluruh tepian Negeri,” pungkasnya.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui 0851 007 69887